Saturday, February 18, 2012

abrag atau abrak

Ada yang menyebut bahwa abrag merupakan bahasa Jawa yang tergolong dalam jenis Krama (K) sekaligus Ngoko (Ng). Artinya, tembung (kata) ini merupakan istilah yang elastis. Ia bisa digunakan oleh siapa saja dan untuk siapa saja juga. Mau untuk ayah, boleh. Mau untuk Ibu, boleh. Mau untuk si Adik, juga boleh. Kalau untuk si Dia? Hmmm.. angsal-angsal mawon (boleh-boleh saja).

Tapi diingat y… kata “Abrag” ini juga ada yang menuliskannya menggunakan huruf “K” alias bukan pakai huruf “G”. Jadinya begini: Abrak.

Padanan artinya begini :
1) alat
2) peralatan
3) perkakas
4) barang

Karena arti umumnya sedemikian itu, maka tak jarang kata “abrag” juga diartikan sebagai :
1) barang pecah-belah
2) perabotan rumah tangga
3) peralatan atau perlengkapan kerja

Untuk arti yang lebih jauh lagi, kadang juga diartikan sebagai :
1) bekal makanan
2) pakaian sekaligus asesorisnya
3) sandangan sekaligus makanan
4) sesuatu yang bikin seseorang tampak kerepotan membawanya

Kok nggowo abrakan semunu (semono) akehe ape no ndi leh, Kang?
Kok membawa “abrakan” segitu banyaknya, mau ke mana sih Kang?

Tembung Abarakan ini merupakan kata benda yang mendapat akhiran “an”. Arti katanya menyesuaikan keadaan yang tampak di mata orang yang bertanya. Jika abrakan itu dalam konteks barang pecah belah, artinya seputaran barang pecah belah juga. Misalnya, piring, gelas, panci, tungku, lan sak panunggalane (dan lain sebaginya).

Catatan : kallimat di atas menggunakan dialek Bahasa Jawa yang sering saya temui di kawasan pantai utara (pantura) Jawa. Lebih khusus lagi di daerah Pati. Identitas kata yang khas adalah kata “leh” dan budaya memperpendek istilah. Semisal, kata “ndi” yang berasal dari kata “ngendi” (mana).

Nggowo abrakan adoh-adoh, malah ra kanggo.
Bawa perkakas (dari) jauh-jauh, malahan ngga’ kepake’

0 comments:

Post a Comment